Jakarta — Di tengah konflik Israel–Hamas yang berkecamuk selama dua tahun terakhir, Presiden Amerika Serikat Donald Trump kini mengajukan sebuah proposal ambisius berisi 21 poin untuk mengakhiri perang dan membuka jalan bagi masa depan Gaza dan Palestina. Berbagai elemen kontroversial muncul dalam rancangan ini — dari penarikan pasukan Israel hingga pemerintahan transisi yang mengesampingkan Hamas.
Apa saja poin kunci dari proposal ini? Seberapa realistis rencana tersebut di tengah situasi rumit? Dan bagaimana reaksi para pihak terkait? Mari kita kulik bersama.
📜 Intisari 21 Poin Proposal Trump untuk Gaza
Proposal 21 poin ini mencakup kebijakan struktur, langkah-langkah keamanan, dan fase transisi pascakonflik. Beberapa unsur penting dalam proposal tersebut antara lain:
Baca juga: Israel Klaim Berhasil Tewaskan Jubir Hamas Abu Ubaidah dalam Operasi Serangan ke Gaza

Poin Utama | Ringkasan |
Penarikan Pasukan Israel | Israel diwajibkan mundur dari wilayah Gaza secara bertahap dan mengembalikan garis depan yang pernah ada pada periode gencatan senjata. |
Pelucutan Senjata Hamas | Poin ini mengharuskan Hamas untuk menyerahkan senjatanya agar tidak lagi menjadi kekuatan militer di Gaza. |
Pembebasan Sandera & Tahanan | Proposal mencakup pembebasan segera sandera yang tersisa dan pertukaran tahanan Palestina-Israel. |
Amnesti bagi Anggota Hamas Non-koersif | Anggota Hamas yang berkomitmen pada perdamaian dapat memperoleh amnesti, selama tidak terlibat tindakan kekerasan. |
Larangan Pemindahan Paksa Warga Gaza | Dokumen mengungkap bahwa warga Gaza tidak boleh dipindahkan secara paksa, berbeda dari proposal sebelumnya yang sempat mencuat. |
Pemerintahan Transisi (Interim) | Pembentukan komite teknokrat Palestina-bawah pengawasan internasional — untuk mengelola Gaza selama masa transisi. |
Peran Otoritas Palestina | Meski saat ini Hamas dominan di Gaza, proposal ini menempatkan Otoritas Palestina sebagai aktor penting di masa depan. |
Pengawasan Internasional & Stabilitas | Penugasan badan internasional untuk memantau keamanan, bantuan kemanusiaan, dan rehabilitasi infrastruktur pascaperang. |
Jalur Menuju Negara Palestina | Walaupun tidak secara eksplisit menyebut pembentukan negara baru, dokumen memberi ruang bagi dialog menuju kemerdekaan Palestina suatu saat. |
Proposal ini disebarkan kepada negara-negara Arab dan Islam dalam pertemuan di sela Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebagai upaya diplomatik AS menggandeng dukungan regional.
Baca juga: Serangan Siber di Belanda Bikin Speed Camera Lumpuh, Pengendara Malah Senang
✅ Potensi Kekuatan & Daya Tarik Proposal
Beberapa aspek dari rancangan ini berpotensi menjadi poin kuat dalam meredam konflik dan membuka jalan perdamaian:
- Pendekatan menyeluruh, bukan hanya militer
Proposal ini tidak hanya berhenti pada gencatan senjata, tetapi juga mengatur bagaimana pemerintahan dan keamanan Gaza akan berjalan pascakonflik. - Perubahan dari rencana pemindahan paksa
Dalam proposal sebelumnya, gagasan pemindahan dua juta warga Gaza pernah diusung. Versi kini melarang tindakan pemindahan paksa — sebuah kemunduran dari langkah ekstrem itu. - Insentif amnesti & dialog inklusif
Dengan menawarkan amnesti bagi pihak Hamas yang tidak berkonfrontasi, proposal ini berpotensi menurunkan resistensi jika dikemas dengan jaminan keamanan dan masa depan politik. - Melibatkan aktor regional & internasional
Pengawasan internasional dan partisipasi negara-negara Arab memberi legitimasi dan kontrol lebih luas agar transisi berjalan adil. - Membuka peluang kemerdekaan Palestina
Meski tidak diposisikan secara eksplisit, proposal ini membuka pintu bagi dialog menuju negara Palestina yang bermartabat.
Baca juga: Fakta Sejarah: Warga Malaysia Pernah Ingin Gabung ke Indonesia, Siap Setia Cinta Tanah Air
⚠ Potensi Hambatan & Kritik Kritis
Namun, sebagus dan selengkap apapun proposal, tantangan nyata menghadang:
- Penolakan dari Hamas & Kubu Keras Israel
Hamas selama ini menolak menyerahkan senjata dan kehilangan kendali di Gaza. Sementara kelompok konservatif di Israel menolak reduksi kekuasaan keamanan atau peralihan kontrol ke Palestina. - Resistensi politik internal Israel
Perdana Menteri Israel dan faksi sayap kanan mungkin sulit menerima poin yang mereduksi kendali Israel atas keamanan Gaza atau melibatkan Otoritas Palestina. - Detail teknis dan urutan pelaksanaan
Meski proposal menyebut 21 poin, urutan tindakan, kapan langkah dimulai, dan bagaimana sinkronisasi antar poin belum jelas. Ini bisa menjadi pintu bagi gesekan implementasi. - Ketidakpastian dukungan regional & internasional
Meski negara Arab menyatakan dukungan diplomatik, implementasi bergantung pada ketersediaan sumber daya, keputusan politik masing-masing negara, dan stabilitas regional. - Masa depan warga Gaza & infrastruktur
Konflik berkepanjangan meninggalkan kerusakan massal pada infrastruktur. Rehabilitasi, pemulihan ekonomi, serta pemulihan psikologis warga akan menjadi tantangan jangka panjang. - Keabsahan & legitimasi warga
Banyak warga Palestina dan faksi politik merasa bahwa solusi yang terlalu “dipaksakan dari luar” bisa kehilangan legitimasi lokal.
Baca juga: Sorotan Eropa Bersatu untuk Indonesia: Krisis Legitimasi Moral dan Politik Kian Mengkhawatirkan
🔍 Reaksi Dunia & Isyarat Diplomasi
Beberapa indikasi menarik dari dinamika terbaru:
- Uni Emirat Arab mendorong Israel agar mendukung rencana Trump dan menolak ide aneksasi Tepi Barat.
- Meski rencana belum final, Arab dan negara Islam memberi tekanan diplomatik agar rencana tersebut diterima dan diperkuat dalam kerangka dua negara.
- Israel sejauh ini belum menunjukkan komitmen penuh terhadap proposal tersebut. Kalau proposal ini benar-benar dijalankan, dunia Timur Tengah dan arsitektur geopolitik Palestina–Israel bisa memasuki babak baru yang krusial.
Baca juga: Trump Desak Israel Buka Akses Jurnalis Internasional ke Gaza di Tengah Krisis Kemanusiaan
📰 Kesimpulan
Proposal 21 poin Trump untuk Gaza adalah gagasan ambisius yang menggabungkan aspek militer, politik, kemanusiaan, dan diplomasi dalam satu rancangan besar. Jika diterima dan dilaksanakan secara konsisten, ini bisa menjadi titik balik konflik berkepanjangan di Gaza.
Tapi kenyataannya, jalan menuju perdamaian selalu penuh tantangan — baik dari pihak yang selama ini berkonflik, kekuatan politik internal, ketidakpastian implementasi, hingga sensitivitas legitimasi lokal. Kunci keberhasilan proposal ini akan bergantung pada seberapa kuat komitmen, kesepakatan, dan aksi nyata dari para pemain utama: Israel, Hamas, Otoritas Palestina, negara-negara Arab, dan komunitas internasional luas.