Mau Hidup Slow Living di Jakarta? Siapkan Dompet yang Tebal Dulu!

Mau Hidup Slow Living di Jakarta Siapkan Dompet yang Tebal Dulu!

Jakarta, Berita Terkini – Gaya hidup slow living kini jadi primadona baru, terutama di kalangan milenial dan Gen Z yang mulai lelah dengan hiruk-pikuk budaya kerja cepat atau hustle culture. Tapi, tunggu dulu. Kalau kamu tinggal di Jakarta dan ingin menerapkan konsep ini, bersiaplah karena kenyataannya: hidup pelan di ibu kota bisa bikin kantong makin tipis!

Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, mengungkapkan bahwa slow living memang banyak diminati generasi muda. Sayangnya, gaya hidup ini justru menuntut kestabilan finansial yang cukup besar.

Baca juga: Digital Nomad, Gaya Hidup Bebas Milenial & Gen Z yang Makin Diminati: Ini Plus Minusnya!

“Yang bisa menjalani slow living jumlahnya masih sedikit, karena mereka rata-rata punya penghasilan tetap. Kalau nggak punya income yang stabil, ya jelas susah untuk bisa hidup pelan dan tenang,” ujar Tauhid.

Mau Hidup Slow Living di Jakarta Siapkan Dompet yang Tebal Dulu!
Mau Hidup Slow Living di Jakarta Siapkan Dompet yang Tebal Dulu!

Menurutnya, orang-orang yang tidak memiliki pendapatan tetap biasanya justru terpaksa terus bergerak mencari pemasukan, dan biasanya itu hanya tersedia di kota-kota besar. “Banyak juga yang berasal dari desa atau daerah luar Jawa akhirnya ke kota besar seperti Jakarta demi cari peluang lebih besar,” tambahnya.

Menariknya, konsep slow living sebenarnya bisa juga muncul karena adanya tekanan ekonomi. Dalam situasi sulit, masyarakat bisa terdorong untuk mengurangi konsumsi dan kebutuhan yang tidak terlalu penting. “Slow living bisa dimaknai sebagai pengurangan gaya hidup konsumtif dan fokus pada hal yang esensial,” jelas Tauhid.

Baca juga: Tren Green Lifestyle Kian Diminati: Ini 7 Cara Sederhana Hidup Ramah Lingkungan

Ia menyebut, pekerja informal atau mereka yang bisa kerja dari rumah (work from home) justru punya peluang lebih besar menjalani hidup dengan ritme pelan, apalagi jika tinggal di pinggiran kota dengan biaya hidup yang lebih rendah.

Namun demikian, menurut Tauhid, menerapkan slow living di kota besar seperti Jakarta punya tantangan tersendiri. Alih-alih hemat, gaya hidup ini bisa bikin bengkak pengeluaran.

“Di kota besar, slow living justru butuh biaya tinggi. Nongkrong di kafe, langganan gym, atau aktivitas lain yang dianggap bagian dari slow living ternyata tidak murah. Ini yang seringkali tidak disadari,” pungkasnya.

Home » Mau Hidup Slow Living di Jakarta? Siapkan Dompet yang Tebal Dulu!