Jakarta, Berita Terkini – Presiden RI terpilih, Prabowo Subianto, melontarkan kritik tajam terhadap segelintir pengusaha yang menurutnya hanya mengejar keuntungan pribadi tanpa mempedulikan penderitaan rakyat kecil. Dalam peluncuran program Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih, Prabowo bahkan menyebut kelompok ini sebagai vampir ekonomi—penghisap darah masyarakat.
“Saya sudah berulang kali memperingatkan. Jangan cari untung di atas penderitaan rakyat. Petani kita masih menderita, rakyat banyak yang susah, kok masih ada yang tega menumpuk kekayaan. Itu bukan pengusaha sejati, itu vampir ekonomi,” tegas Prabowo, Senin (21/7).
Istilah Baru: Serakahnomics
Menurut Prabowo, para pengusaha tamak ini menjadi biang keladi dari munculnya paham baru yang ia sebut sebagai serakahnomics—fenomena kerakusan ekonomi yang hanya menguntungkan segelintir elite.
“Bukan soal mazhab liberal, sosialis, atau pasar bebas. Ini bukan ekonomi apa pun, ini keserakahan yang membabi buta. Saya namakan ini serakahnomics. Jangan diberi tempat dalam sistem kita,” ujarnya lantang.
Baca juga: Saham Bank Himbara Berpotensi Cuan dari Program Koperasi Merah Putih, Ini Alasannya!

Vampir Ekonomi di Semua Sektor
Analis senior dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P. Sasmita, menyebut bahwa pola ekonomi predator semacam ini sudah menyusup hampir ke semua sektor. Pengusaha hanya fokus pada keuntungan tanpa peduli dampak sosial, ketimpangan, dan pendidikan masyarakat.
“Banyak pelaku usaha di kota, desa, hingga pelosok yang menjalankan bisnis hanya demi profit semata. Ini membuat jurang ketidakadilan makin dalam,” kata Ronny kepada CNNIndonesia.com.
Ia melihat istilah ‘vampir ekonomi’ sebagai sindiran keras terhadap para pemilik modal yang kerap menekan pemerintah demi kepentingan bisnis sempit mereka.
Kopdes Merah Putih: Senjata Lawan Kapitalisme?
Ronny menilai bahwa kehadiran Kopdes Merah Putih adalah bentuk perlawanan Prabowo terhadap dominasi kapitalisme yang menyuburkan vampir-vampir ekonomi. Koperasi ini dirancang untuk memperkuat ekonomi rakyat berbasis kolektivitas.
“Pak Prabowo tahu dia tak bisa secara terang-terangan melawan kapitalisme global. Maka, lewat Kopdes, dia ingin membentuk alternatif berbasis solidaritas ekonomi,” paparnya.
Namun, ia juga mengakui program ini tak lepas dari sorotan dan kritik, terutama soal transparansi dan potensi disalahgunakan.
Bhima Yudhistira: Justru Kopdes Bisa Jadi Vampir Baru
Berbanding terbalik, Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira, justru menyebut Kopdes Merah Putih itu sendiri berpotensi menjadi vampir ekonomi baru.
“Kalau tidak ada payung hukum yang jelas, ini malah jadi lahan korupsi baru bagi kepala daerah. Risikonya besar,” tegas Bhima.
Ia menyoroti lemahnya fondasi hukum Kopdes dan ketiadaan regulasi kuat yang mengatur peran koperasi sebagai entitas strategis nasional. Menurut riset Celios, jika dana desa dijadikan jaminan bagi pendanaan koperasi, maka potensi kebocoran bisa mencapai Rp4,8 triliun per tahun.
“Bayangkan, potensi kebocoran bisa mencapai Rp60 juta per desa setiap tahun. Tanpa pengawasan ketat, Kopdes bisa berubah jadi vampir baru yang justru menyedot uang rakyat,” ujar Bhima.
Baca juga: Feri Amsari Soroti Kasus Tom Lembong: Peradilan Bernuansa Dendam Politik?
Empat Jurus Prabowo Basmi Vampir Ekonomi
Ronny menyarankan empat langkah konkret yang bisa dilakukan Prabowo untuk melawan vampir ekonomi:
- Intervensi kebijakan pemberdayaan ekonomi rakyat.
- Memperkuat UMKM, terutama lewat Kopdes yang dikelola dengan prinsip koperasi sejati.
- Peningkatan kualitas SDM agar rakyat siap bersaing dan mandiri secara ekonomi.
- Penegakan hukum dan pemberantasan KKN, tanpa pandang bulu.
Dengan semangat baru lewat Kopdes Merah Putih dan kritik pedas terhadap vampir ekonomi, Prabowo mengirimkan sinyal bahwa arah kebijakan ekonominya akan menitikberatkan pada keadilan sosial. Namun, apakah langkah ini cukup kuat menghadang arus kapitalisme? Waktu yang akan menjawab.