Jakarta, Berita Terkini — Nama Kwik Kian Gie tak hanya harum di dunia ekonomi dan pendidikan, tapi juga mencetak sejarah panjang dalam kancah politik nasional. Sosok ekonom senior ini pertama kali terjun ke panggung politik pada 1987, saat dirinya bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang kala itu masih dipimpin Drs. Soerjadi.
Menurut informasi dari situs resminya, kwikkiangie.com, pria kelahiran Juwana, Pati, Jawa Tengah pada 11 Januari 1935 ini langsung dipercaya mewakili PDI sebagai anggota Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tak lama setelah bergabung.
Saat PDI bertransformasi menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di bawah komando Megawati Soekarnoputri, Kwik tetap setia. Bahkan, ia diangkat menjadi Ketua DPP merangkap Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan partai.
Baca juga: Roy Suryo Soroti Gaya Jokowi di Reuni UGM, Sindir Soal Busana hingga Ijazah

Baca juga: Vonis Mengejutkan! Hasto Kristiyanto Dipenjara 3,5 Tahun karena Suap Terkait Harun Masiku
Jejak di Pemerintahan Nasional
Nama Kwik juga tercatat di kabinet pemerintahan. Pada masa Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ia menjabat sebagai Menko Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (1999–2000). Kemudian, di era Megawati sebagai Presiden ke-5 RI, Kwik diamanahkan menjadi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional sekaligus Kepala Bappenas (2001–2004).
Manuver Mengejutkan di Pilpres 2019
Meski dikenal sebagai tokoh penting PDI-P, langkah mengejutkan diambil Kwik pada Pilpres 2019. Ia memutuskan bergabung sebagai penasihat dalam Tim Kampanye Nasional pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, yang kala itu menjadi rival utama pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin yang diusung PDI-P.
“Walaupun beliau menyatakan dirinya kader PDI-P, tapi demi bangsa dan negara, beliau bersedia menjadi penasihat saya,” ungkap Prabowo pada 12 September 2018 di Jakarta.
Baca juga: Kelas Menengah Apatis Politik, Demokrasi Indonesia di Ujung Tanduk
Keputusan ini sempat membuat publik bertanya-tanya, namun Kwik tetap menjalin hubungan baik dengan Megawati. Ia bahkan pernah menyatakan sikap kritis terhadap arah partai usai kekalahan Megawati dalam Pilpres 2004. Saat itu, Kwik mendirikan Komite Pemurnian PDI-P, sebagai bentuk protes terhadap infiltrasi kader yang ia sebut “busuk.”
Pada Kongres PDI-P yang digelar 28 Maret–3 April 2025, Kwik memilih untuk mengambil jarak dan tidak lagi aktif di internal partai.
Perjalanan Berakhir: Indonesia Berduka
Kabar duka datang pada 28 Juli 2025 malam. Politikus senior PDI-P, Andreas Hugo Pareira, mengonfirmasi wafatnya Kwik Kian Gie di usia 90 tahun. “Kami kehilangan sosok ekonom besar dengan integritas tinggi,” ujarnya.
Baca juga: Abraham Samad Bingung Namanya Terseret Kasus Ijazah Jokowi: “Saya Tak Ada Masalah Personal!”
Ungkapan belasungkawa juga datang dari Sandiaga Uno. Lewat akun Instagram pribadinya, Sandi menyebut Kwik sebagai mentor luar biasa. “Pak Kwik adalah pendidik, ekonom, dan nasionalis sejati. Berdiri tegak demi kebenaran dan kepentingan rakyat,” tulis Sandi.
Kepergian Kwik Kian Gie menjadi duka mendalam bagi bangsa Indonesia. Ia adalah simbol keberanian, idealisme, dan keteguhan dalam memperjuangkan kebenaran, di tengah pusaran politik yang seringkali tak menentu.